ucapan slmat dtang

Selasa, 15 Maret 2011

KOLOID



Istilah koloid pertama kali di usulkan oleh Thomas Graham yang berasal dari inggris pada 1861. Pada saat melakukan penelitian proses difusi berbagai zat dalam medium cair, Thomas mengamati bahwa zat seperti kanji, gelatin, getah, dan albumin berdifusi sangat lambat, bahkan tidak mampu menembus membran tertentu. Selanjutnya, kelompok zat tersebut diberi nama “koloid” yang berarti seperti lem. Dalam bahasa Yunani, koloid berasal dari kata kolla yang berarti lem dan oidos yang berarti seperti.
Jadi pengertian koloid adalah suatu sistem campuran yang berada di antara larutan dan campuran kasar (suspensi).

A.   JENIS – JENIS KOLOID
Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase medium pendispersi. Zat terdispersi / fase terdispersi adalah zat dalam koloid yang jumlahnya lebih kecil. Sedangkan fase medium pendispersi adalah zat dalam koloid yang jumlhnya lebih besar.
Berdasarkan fase terdispersi dan fase medium pendispersi, koloid dikelompokkan menjadi beberapa jenis :
1.      Sol (fase terdispersi padat)
Sol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel padat atau partikel cair yang terdispersi dalam gas. Ada tiga jenis sol :
Ø  Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat.
Contoh : paduan logam, gelas warna dan  intan hitam
Ø  Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair.
Contoh : cat, tinta, tepung dalam air dan tanah liat
Ø  Sol gas (Aerosol padat)  adalah sol dalam medium pendispersi gas.
Contoh : debu, asap dan buangan knalpot

2.      Emulsi (fase terdispersi cair)
Emulsi adalah sistem koloid yang fase terdispersi dan medium terdispersinya zat cair.
Ø  Emulsi padat (gel) adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
 Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi dan selai
Ø  Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan, santan dan minyak ikan
Ø  Emulsi gas (aerosol cair) adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray awan, kabut dan obat nyamuk

3.      Buih (fase terdispersi gas)
Buih adalah sistem koloid yang terdiri atas fase terdispersi gas dalam medium pendispersi zat cair.
Ø  Buih padat (busa padat)  adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, karet busa,dan biskuit
Ø  Buih cair (busa) adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun, buih dan krim kocok

B.   SIFAT – SIFAT KOLOID

1.      Efek Tyndall
Efek tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid sehingga tampak lintasan berkas sinar tersebut. Peristiwa penghamburan ini terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai ukuran yang cocok untuk ditembus oleh cahaya. Misalnya : debu dalam rumah yang kelihatan bila ada sinar yang masuk melewati celah.

2.      Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak lurus tak beraturan (zig-zag) dari partikel koloid Karen bertmbukan dengan mediumnya.karena kolid bergerak melayang terus menerus maka koloid sukar mengendap (bersifat stabil).

Jika semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown terjadi. Sebaliknya, semakin besar ukuran partikel koloid maka semakin lambat gerak gerak brown terjadi. Energi yang menyebabkan gerak brown adalah energi kinetik yang dihasilkan partikel koloid yang terdispersi dalam medium pendispersi yang selalu bergerak bebas.

3.      Adsorpsi Koloid
Adsorpsi koloid adalah peristiwa penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan suatu zat. Sedangkan absorpsi merupakan penyerapan yang terjadi diseluruh bagian zat. Muatan koloid merupakan faktor yang menstabilkan koloid. Apabila koloid bermuatan sejenis, maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari pengelompokkan sesama partikel koloid itu. Jika partikel koloid tersebut saling bertumbukkan dan kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya mengendap.


4.      Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristwa pergerakan partikel – pertikel koloid dalam medan listrik.

5.      Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
Ø  Perubahan suhu.
Ø  Pengadukan.
Ø  Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
Ø  Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

6.      Kolid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

7.      Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian koloid dari ion – ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermiabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

8.      Koloid liofit dan koloid liofob
Berdasarkn daya adsorbsinya terhadap medium, koloid dibagi dua :
a.       Koloid liofit
Koloid liofol adalah koloid yang partikel-partikel terdispersinya menarik medium pendispersinya (suka kepada medium). Jika medium air maka disebut hidrofil
Contoh : lem, agar – agar, gelatin dan kanji.
b.      Koloid liofob
Kolid liofob adalah koloid yang patikel-partikel terdispersinya tidak menarik (tidak suka kepada medium). Jika mediumnya air disebut hidrofob.
Contoh : koloid logam (Au, Ag), koloid AS2S3 (umumnya zat anorganik)



C.   PEMBUATAN KOLOID
Partikel koloid besarnya antara larutan sejati dan suspensi, karena itu pembuatan koloid ada dua cara yaitu dispersi dan kondensasi.







Rounded Rectangle: SUSPENSI
Rounded Rectangle: KOLOID
Rounded Rectangle: LARUTAN SEJATI
 

                                            dispersi                                              kondensasi                                           

1.      Cara Dispersi
Adalah pembuatan koloid dengan cara memperkecil suspense menjadi partikel koloid. Macam – macam cara dispersi :



a.       Cara mekanik
Dilakukn dengan menggerus atau menumbuk atau menggiling hingga partikelnya berukuran koloid. Contoh : pembuatan cat, pembuatan sol belerang.

b.      Cara Homogenisasi
Dilakukn untuk membuat emulsi dengn mesin homogenisasi.
Contoh : pembuatan susu crem

c.       Cara Peptisasi
Dilakukan dengan menambah ion sejenis ke dalam endapan koloid hingga partikelnya pecah menjadi sol.
Contoh :
1)      Endapan Al(OH)3 ditambah larutan AlCl3
2)      Endapan NiS ditambah larutan H2S
3)      Serat selulosa asetat ditambah aseton
4)      Agar – agar ditambah air

d.      Cara Dipersi dalam gas
Dilakukan dengan cara menyemprot cairan dengan sprayer.
Contoh : hairspray, baygonspray, cat pilok, dan deodoranspray

e.       Cara Listrik (Busur Bredig)
Dilakukan dengan meloncat bunga api listrik ke dalam larutan elektrolit atau air, sebagai elektroda digunakan logam yang akan dibuat sol.
Contoh : pembuatan sol emas.

2.      Cara Kondensasi
Adalah pembuatan koloid dengan cara merubah larutan sejati menjadi partikel koloid dengan suatu reaksi kimia tertentu.
Macam – macam cara kondensasi :

a.       Reaksi Redoks.
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh :
Pembuatan sol belerang, dibuat dengan mengalirkan gas SO2 kedalam larutan H2S atau mengalirkan gas H2S kedalam larutan H2O2
Reaksi :
SO2(g) +  H2S(aq)                              3 S (koloid)  +  2H2O(l)   
H2S(g)  +  H2O2(aq)                            S (koloid)   +  2H2O(l)

b.      Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi air.
Contoh : pembuatn sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 yang diteteskan kedalam air mendidih.
Reaksi :   FeCl3(aq)+ 3 H2O(l)                 Fe(OH)3(koloid)+ 3 HCl(aq)

c.       Reaksi Dekomposisi Rangkap
Dekomposisi rangkap adalah reaksi penguraian zat membentuk zat yang lebih sederhana.
Contoh :  
             2H3AsO3(aq)  + 3H2S(aq)                   As2S3 (koloid)+ HNO3(aq)

d.      Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh : pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan    alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.


D.   KEGUNAAN KOLOID

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.

Sistem koloid peranannya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari dapur, kosmetik, pertanian, farmasi sampai indutri yang lain. Contohnya :

1)    Indutri kosmetik
Antara lain : susu pembersih kulit muka, parfum talk
2)    Industri makanan
Antara lain : agar-agar, bumbu selada, mentega, keju dan roti
3)    Industry farmasi
Antara alin : sirup dan obat-obatan
4)    Industry pertanian
Antara lain : obat-obat pembunuh serangga, obat senprot pertanian.
5)    Industry lain
Antara lain : cat, keramik, plastic, kertas, film foto, lem, tinta, semen, karet.

     Proses yang melibatkan sistem koloid adalah pemutihan, menghilangkan bau, menyamak kulit, mewarnai, pemurnian serta pengapungan bahan-bahan galian. Semua ini melibatkan peristiwa adsorbsi pada permukaan materi kolid.







E.   DAMPAK NEGATIF SISTEM  KOLOID

Selain memberikan manfaat, sistem koloid juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

1.      Asbut
Asbut adalah sistem koloid yang terdiri atas berbagai partikel gas dan partikel -  partikel zat cair. Asbut (smog) merupakan kombinasi asap (smog) dan kabut (fog).
2.      Debu
Debu adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel - partikel padat yang terdispersi dalam udara. Contoh debu yang menyebabkan pencemaran udara dan dapat menyebabakan gangguan kesehatan adalah debu asbes.
3.      Sol
Sol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel terdispersi padat di dalam medium pendispersi cair.
4.      Buih
Buih adalah sistem kolid yang terdiri atas fase terdispersi gas dan medium pendispersi cair

Tidak ada komentar:

Posting Komentar